Sesudah shalat maghrib, simbah mengajak si Reva (alias Honda Revo) jalan2 mencari duren. Ketemulah penjual duren di dekat lapangan Kedungdowo.
Setelah memilah dan memilih, akhirnya simbah memilih duren yang semedeng. Bukan yang paling mahal sekaligus bukan yang paling murah. Berhubung simbah tidak tahu cara memilih duren yang baik dan benar, mas bakul tak suruh memilihkan. Singkat cerita, terplihlah duren yang berwarna kuning, dengan ukuran lumayan besar dan berbau harum.
Sampai di rumah, duren tersebut simbah bongkar bersama keluarga. Weladalah, dalamnya busuk semua. Gustiii... pingin makan duren saja cobaannya berat.
Untung simbah ingat, kata mas Penjual durennya bergaransi. Akhirnya duren itu simbah bungkus pakai plastik, dan simbah bawa lagi ke penjualnya.
Setelah negosiasi berat, mas penjual mau menggaransi duren tersebut dengan syarat simbah nambah uang. Okelah dari pada ndak jadi makan duren, simbah bersedia.
Dengan bahagia, duren tersebut simbah bawa pulang dengan impian makan duren yang enak dan lezat.
Sampai di rumah, duren tersebut simbah belah. Satu dua tiga.Gustiii.. ini duren apa karet. Tidak bisa dibuka sama sekali. Sampai keringat bercucuran, duren itu tidak mau terbuka juga. Bahkan sampai ditarik 2 orang masih ndak mau terbuka. Betul2 duren sakti mandraguna.
Karena kesal, akhirnya duren tersebut simbah bacok2 dan potong menjadi dua. Ini penampakannya.
Penampakan duren sakti yang kalah dengan jurus bacok non jutsu |
Akhirnya simbah bisa makan duren juga, meski kondisinya hancur lebur.